Selain ilmu politik,
hubungan internasional menggunakan pelbagai bidang ilmu seperti ekonomi,
sejarah, hukum,
filsafat, geografi, sosiologi, antropologi, psikologi, budaya dalam
kajian-kajiannya. HI mencakup rentang isu yang luas, dari globalisasi dan
dampak-dampaknya terhadap masyarakat-masyarakat dan kedaulatan negara sampai
kelestrarian ekologis, proliferasi nuklir, nasionalisme, perkembangan ekonomi,
terorisme, kejahatan yang terorganisasi, keselamatan umat manusia, dan hak-hak
asasi manusia.
Ilmu Hukum
Internasional
Disiplin dan
Metodologi sistem ini agak terlalu disederhanakan. Sementara sistem
negara-bangsa dianggap “modern”, banyak negara tidak masuk ke dalam sistem
tersebut dan disebut sebagai “pra-modern”. Lebih lanjut, beberapa telah
melampaui sistem negara-bangsa dan dapat dianggap “pasca-modern”. Kemampuan
wacana HI untuk menjelaskan hubungan-hubungan di antara jenis-jenis negara yang
berbeda ini diperselisihkan. “Level-level analisis” adalah cara untuk mengamati
sistem internasional, yang mencakup level individual, negara-bangsa [[[domestik]]
sebagai suatu unik, level internasional yang terdiri atas persoalan-persoalan
transnasional dan internasional level global.
Teori hubungan internasional
Apa yang secara
eksplisit diakui sebagai teori hubungan internasional tidak dikembangkan sampai
setelah Perang Dunia I Namun, teori HI memiliki tradisi panjang menggunakan
karya ilmu-ilmu sosial lainnya. Penggunaan huruf besar “H” dan “I” dalam
hubungan internasional bertujuan untuk membedakan disiplin Hubungan
Internasional dari fenomena hubungan internasional. Banyak orang yang mengutip
Sejarah Perang Peloponnesia karya Thucydides sebagai inspirasi bagi teori
realisme, dengan Leviathan karya Hobbes dan The Prince karya Machiavelli
memberikan pengembangan lebih lanjut. Demikian juga, liberalisme menggunakan
karya Kant dan Rousseau, dengan karya Kant sering dikutip sebagai pengembangan
pertama dari Teori Perdamaian Demokratis.[rujukan?] Meskipun
hak-hak asasi manusia kontemporer secara signifikan berbeda dengan jenis
hak-hak yang didambakan dalam hukum alam, Francisco de Vitoria, Hugo Grotius,
dan John Locke memberikan pernyataan-pernyataan pertama tentang hak untuk
mendapatkan hak-hak tertentu berdasarkan kemanusiaan secara umum.[rujukan?]
Pada abad ke-20, selain teori-teori kontemporer intenasionalisme liberal,
Marxisme merupakan landasan hubungan internasional.[rujukan?]
Perkembangan fenomena
hubungan internasional telah memasuki aspek-aspek baru, dimana Hubungan
Internasional tidak hanya mengkaji tentang negara, tetapi juga mengkaji tentang
peran aktor non-negara (seperti organisasi Internasional dan regional, seperti
PBB, ASEAN) di dalam ruang lingkup politik global.[rujukan?]
Peran aktor non-negara yang semakin dominan mengindikasikan bahwa aktor
non-negara memegang peran yang penting.[rujukan?]
Sekarang ini,
fenomena hubungan internasional telah memasuki ranah budaya (seperti klaim tari
pendet Malaysia terhadap Indonesia), sehingga Hubungan Internasional memerlukan kajian
teoritis dari dispilin ilmu lainnya.
Teori Epistemologi dan teori HI
Teori-teori Utama
Hubungan Internasional Realisme Neorealisme, Dipelopori oleh Kenneth
Waltz, istilah kunci : struktur, agen, sistem internasional Idealisme,
Dipelopoeri oleh Imanuel Kant, istilah kunci : Pacific Union Liberalisme.
Dipelopori oleh Robert Keohane, istilah kunci : complex interdepencyNeoliberalisme,Marxisme dan Neo MarxisTeori dependensi
Teori kritis dipelopori oleh Jurgen Habermas, istilah kunci : Paradigma Komunikasi, Paradigma Kesadaran, Alienisasi,
Emansipatoris. Konstruksivisme Fungsionalisme
Neofungsiionalisme
Negativitas
Total dari TW Adorno, untuk memahami isu-isu lingkungan Masyarakat Konsumtif
dari Herbert Marcuse, untuk
memahami hubungan antara masyarakat dengan budaya global
Secara garis besar
teori-teori HI dapat dibagi menjadi dua pandangan epistemologi “positivis” dan “pasca-positivis”. Teori-teori
positivis bertujuan mereplikasi metode-metode ilmu-ilmu sosial dengan
menganalisis dampak kekuatan-kekuatan material.Teori-teori ini biasanya
berfokus berbagai aspek seperti interaksi negara-negara, ukuran
kekuatan-kekuatan militer, keseimbangan kekuasaaan (Balance of Power) dan
lain-lain.[rujukan?]
Epistemologi pasca-positivis menolak ide bahwa dunia sosial dapat dipelajari
dengan cara yang objektif dan bebas-nilai.[rujukan?]
Epistemologi ini menolak ide-ide sentral tentang neo-realisme/liberalisme,
seperti teori pilihan rasional, dengan alasan bahwa metode ilmiah tidak dapat
diterapkan ke dalam dunia sosial dan bahwa suatu “ilmu” HI adalah tidak
mungkin.{{fact}
Perbedaan kunci
antara kedua pandangan tersebut adalah bahwa sementara teori-teori positivis,
seperti neo-realisme, menawarkan berbagai penjelasan yang bersifat sebab-akibat
(seperti mengapa dan bagaimana kekuasaan diterapkan), teori pasca-positivis
pasca-positivis berfokus pada pertanyaan-pertanyaan konstitutif, sebagai contoh apa yang dimaksudkan dengan
“kekuasaan”; hal-hal apa sajakah yang membentuknya, bagaimana kekuasaan dialami
dan bagaimana kekuasaan direproduksi.[rujukan?]
Teori-teori pasca-positivs secara eksplisit sering mempromosikan pendekatan
normatif terhadap HI, dengan mempertimbangkan etika.
Hal ini merupakan sesuatu yang sering diabaikan dalam HI “tradisional” karena
teori-teori positivis membuat perbedaan antara “fakta-fakta” dan
penilaian-penilaian normatif, atau “nilai-nilai”.[rujukan?]
Selama periode akhir 1980-an/1990 perdebatan antara para pendukung
teori-teori positivis dan para pendukung teori-teori pasca-positivis menjadi
perdebatan yang dominan dan disebut sebagai “Perdebatan
Terbesar” Ketiga (Lapid 1989.)[rujukan?]Islam,
yang hanya dipandang orang dan para akademisi hanya
sebagai agama, ternyata menyimpan pemikiran hubungan internasional.[rujukan?]
Sejarah mencatat kekuasaan Islam atau khalifah pada sekitar abad 7M.[rujukan?]
Pada masa ini, khalifah Islam merupakan suatu global polis atau tatanan hubungan
internasional, karena menata hubungan wilayah-wilayah yang disatukan ke dalam
bentuk polis.[rujukan?]
Apabila dikaji lebih dalam, khalifah Islam merupakan suatu order atau tatanan
yang mengatur seluruh aspek-aspek kehidupan manusia.[rujukan?]
Misalnya hukum ekonomi global berlandaskan pada hukum ekonomi Islam, dimana
hukum ekonomi Islam tidak mengutamakan riba ( keuntungan atau jiwa-jiwa kapitalis seperti yang diungkapkan oleh Pemikiran Marxis,
tetapi suatu sistem ekonomi yang win-win solution serta mengutamakan
kesejahteraan bersama, bukan keuntungan pihak tertentu saja. Bandingkan dengan
pemikiran-pemikiran ekonomi sekarang ini, seperti Neolib, dll, dimana pemikiran
telah menciptakan keterbelakangan dan ketergantungan ( dependensi ) yang
berakibat pada kesenjangan global.[rujukan?]
Teori politik adalah
salah satu kajian di dalam bidang hubungan internasional.[rujukan?]
Teori politik pada dasarnya adalah tentang tata negara.[rujukan?]
Pemikiran sistem politik demokrasi yang diadopsi oleh negara-negara berkembang
merupakan kajian teori politik.[rujukan?]
Islam adalah sumber teori politik, karena memuat seluruh aspek-aspek kehidupan
manusia.[rujukan?]
Sebagai contoh, sistem ekonomi Islam merupakan teori politik yang bertujuan
menjamin kesejahteraan bersama sehingga manusia menjadi "mansalahat"
atau tentram.[rujukan?]
Teori politik yang bersumber dari pemikiran barat adalah suatu malapraktik bagi
manusia itu sendiri, karena manusia tidak menerima esensinya sendiri, tetapi
mencari esensi lain yang berakibat pada jatuhnya manusia kepada jurang
alienisasi.[rujukan?]
Menurut Imanuel Kant,
perdamaian akan tercipta apabila negara-negara menganut sistem demokrasi.[rujukan?]
Perpertual peace adalah perdamaian yang timbul karena negara-negara menganut
sistem demokrasi.[rujukan?]
Ini adalah kesalahan besar.[rujukan?]
Perdamaian hanya akan timbul apabila manusia menerima esensinya sebagai
manusia, dengan cara menerapkan teori politik Islam yang merupakan sumber dari
order manusia itu sendiri.
Teori-teori pasca-positivis/reflektivis
Teori masyarakat internasional (Aliran Mazhab Inggris)
Teori masyarakat
internasional, juga disebut Aliran Mazhab Inggris, berfokus pada berbagai norma
dan nilai yang sama-sama dimiliki oleh negara-negara dan bagaimana norma-norma
dan nilai-nlai tersebut mengatur hubungan internasional.[rujukan?]
Contoh norma-norma seperti itu mencakup diplomasi, tatanan, hukum internasional.[rujukan?]
Tidak seperti neo-realisme, teori ini tidak selalu positivis.[rujukan?]
Para teoritisi teori ini telah berfokus terutama pada intervensi kemanusiaan,
dan dibagi kembali antara para solidaris, yang cenderung lebih menyokong
intervensi kemanusiaan, dan para pluralis, yang lebih menekankan tatanan dan
kedaulatan, Nicholas Wheeler
adalah seorang solidaris terkemuka, sementara Hedley Bull
mungkin merupakan pluraris yang paling dikenal.[rujukan?]
Konstruktivisme Sosial
Kontrukstivisme
Sosial mencakup rentang luas teori yang bertujuan menangani berbagai pertanyaan
tentang ontologi, seperti perdebatan tentang lembaga (agency) dan Struktur,
serta pertanyaan-pertanyaan tentang epistemologi, seperti perdebatan tentang
“materi/ide” yang menaruh perhatian terhadap peranan relatif kekuatan-kekuatan
materi versus ide-ide.[rujukan?]
Konstruktivisme bukan merupakan teori HI, sebagai contoh dalam hal
neo-realisme, tetapi sebaliknya merupakan teori sosial.[rujukan?]
Konstruktivisme dalam
HI dapat dibagi menjadi apa yang disebut oleh Hopf (1998)
sebagai konstruktivisme “konvensional” dan “kritis”.[rujukan?]
Hal yang terdapat dalam semua variasi konstruktivisme adalah minat terhadap
peran yang dimiliki oleh kekuatan-kekuatan ide.[rujukan?]
Pakar konstruktivisme yang paling terkenal, Alexander Wendt
menulis pada 1992 tentang Organisasi Internasional (kemudian diikuti oleh suatu
buku, Social Theory of International Politics 1999),
“anarki adalah hal yang diciptakan oleh negara-negara dari hal
tersebut”.[rujukan?]
Yang dimaksudkannya adalah bahwa struktur anarkis yang diklaim oleh para
pendukung neo-realis sebagai mengatur interaksi negara pada kenyataannya
merupakan fenomena yang secara sosial dikonstruksi dan direproduksi oleh
negara-negara.[rujukan?]
Sebagai contoh, jika sistem internasional didominasi oleh negara-negara yang
melihat anarki sebagai situasi hidup dan mati (diistilahkan oleh Wendt
sebagai anarki “Hobbesian”) maka sistem tersebut akan dikarakterkan dengan peperangan.[rujukan?]
Jika pada pihak lain anarki dilihat sebagai dibatasi (anarki “Lockean”) maka
sistem yang lebih damai akan eksis.[rujukan?]
Anarki menurut pandangan ini dibentuk oleh interaksi negara, bukan diterima
sebagai aspek yang alami dan tidak mudah berubah dalam kehidupan internasional
seperti menurut pendapat para pakar HI non-realis.[rujukan?]
Namun, banyak kritikus yang muncul dari kedua sisi pembagian epistemologis
tersebut.[rujukan?]
Para pendukung pasca-positivis mengatakan bahwa fokus terhadap negara dengan
mengorbankan etnisitas/ras/jender menjadikan konstrukstivisme sosial sebagai
teori positivis yang lain.[rujukan?]
Penggunaan teori pilihan rasional secara implisit oleh Wendt juga telah menimbulkan
pelbagai kritik dari para pakar seperti Steven Smith. Para pakar positivis
(neo-liberalisme/realisme) berpendapat bahwa teori tersebut mengenyampingkan
terlalu banyak asumsi positivis untuk dapat dianggap sebagai teori positivis.[rujukan?]
Teori Kritis
(Artikel utama: Teori hubungan internasional kritis) Teori hubungan
internasional kritis adalah penerapan “teori kritis” dalam hubungan internasional.[rujukan?]
Pada pendukung seperti Andrew Linklater,
Robert W. Cox,
dan Ken Booth berfokus
pada kebutuhan terhadap emansipansi (kebebasan) manusia dari Negara-negara.[rujukan?]
Dengan demikian, adalah teori ini bersifat “kritis” terhadap teori-teori HI
“mainstream” yang cenderung berpusat pada negara (state-centric).[rujukan?]
Catatan: Daftar teori ini sama sekali tidak menyebutkan seluruh teori HI yang
ada. Masih ada teori-teori lain misalnya fungsionalisme, neofungsionalisme,
feminisme, dan teori dependen.
Marxisme
Teori Marxis dan
teori Neo-Marxis dalam HI menolak pandangan realis/liberal tentang konflik atau
kerja sama negara, tetapi sebaliknya berfokus pada aspek ekonomi dan materi.[rujukan?] Marxisme membuat asumsi bahwa ekonomi lebih penting daripada
persoalan-persoalan yang lain; sehingga memungkinkan bagi peningkatan kelas
sebagai fokus studi.[rujukan?]
Para pendukung Marxis memandang sistem internasional sebagai sistem kapitalis terintegrasi yang mengejar akumulasi modal
(kapital).[rujukan?]
Dengan demikian, periode kolonialisme membawa masuk pelbagai sumber
daya untuk bahan-bahan mentah dan pasar-pasar yang pasti (captive markets),
sementara dekolonisasi membawa masuk pelbagai kesempatan baru dalam bentuk
dependensi (ketergantungan).[rujukan?]
Berkaitan dengan
teori-teori Marx adalah teori dependensi yang berargumen bahwa
negara-negara maju, dalam usaha mereka untuk mencapai kekuasaan, menembus
negara-negara berkembang lewat penasihat politik, misionaris, pakar, dan perusahaan multinasional (MNC's) untuk
mengintegrasikan negara-negara berkembang tersebut ke dalam sistem kapitalis
terintegrasi untuk mendapatkan sumber-sumber daya alam dan meningkatkan
dependensi negara-negara berkembang terhadap negara-negara maju.[rujukan?]
Teori-teori Marxis kurang mendapatkan perhatian di Amerika Serikat di mana tidak ada partai sosialis yang
signifikan.[rujukan?]
Teori-teori ini lebih lazim di pelbagai bagian Eropa
dan merupakan salah satu kontribusi teoritis yang paling penting bagi dunia
akademis Amerika Latin, sebagai contoh lewat
teologi.[rujukan?]
Teori-teori pascastrukturalis
Teori-teori
pascastrukturalis dalam HI berkembang pada 1980-an dari studi-studi
pascamodernis dalam ilmu politik.[rujukan?]
Pasca-strukturalisme mengeksplorasi dekonstruksi konsep-konsep yang secara
tradisional tidak problematis dalam HI, seperti kekuasaan dan agensi dan meneliti
bagaimana pengkonstruksian konsep-konsep ini membentuk hubungan-hubungan
internasional.[rujukan?]
Penelitian terhadap “narasi” memainkan peran yang penting dalam analisis pascastrukturalis,
sebagai contoh studi pascastrukturalis feminis telah meneliti peran yang
dimainkan oleh “kaum wanita” dalam masyarakat global dan bagaimana kaum wanita
dikonstruksi dalam perang sebagai “tanpa dosa” (innocent) dan “warga sipil”.[rujukan?]
Contoh-contoh riset pasca-positivis mencakup: Pelbagai bentuk feminisme (perang "gender" war—“gendering” war)[rujukan?]
Pascakolonialisme (tantangan-tantangan dari sentrisme Eropa dalam HI)[rujukan?]
Konsep-konsep dalam hubungan internasional
Konsep-konsep level
sistemik Hubungan internasional sering dipandang dari pelbagai level analisis, konsep-konsep level sistemik adalah konsep-konsep
luas yang mendefinisikan dan membentuk lingkungan (milieu) internasional, yang
dikarakterkan oleh Anarki.
Kekuasaan
Konsep Kekuasaan
dalam hubungan internasional dapat dideskripsikan sebagai tingkat sumber daya,
kapabilitas, dan pengaruh dalam persoalan-persoalan internasional.{ Kekuasaan
sering dibagi menjadi konsep-konsep kekuasaan yang keras hard power
dan kekuasaan yang lunak soft power,
kekuasaan yang keras terutama berkaitan dengan kekuasaan yang bersifat memaksa,
seperti penggunaan kekuatan, dan kekuasaan yang lunak biasanya mencakup
ekonomi, diplomasi, dan pengaruh budaya. Namun, tidak ada garis pembagi
yang jelas di antara dua bentuk kekuasaan tersebut.
Interdependensi
Banyak orang yang
menyokong bahwa sistem internasional sekarang ini dikarakterkan oleh meningkatnya
interdepedensi atau saling ketergantungan: tanggung jawab terhadap satu sama
lain dan dependensi (ketergantungan) terhadap pihak-pihak lain.[rujukan?]
Para penyokong pendapat ini menunjuk pada meningkatnya globalisasi, terutama dalam hal interaksi ekonomi
internasional.[rujukan?]
Peran institusi-institusi internasional, dan penerimaan yang berkembang luas
terhadap sejumlah prinsip operasional dalam sistem internasional, memperkukuh
ide-ide bahwa hubungan-hubungan dikarakterkan oleh interdependensi
Konsep-konsep unit level dalam hubungan internasional
Sebagai suatu level
analisis level unit sering dirujuk sebagai level negara,
karena level analisis ini menempatkan penjelasannya pada level negara, bukan sistem
internasional.
Tipe rezim
Sering dianggap bahwa
suatu tipe rezim negara dapat menentukan cara suatu negara berinteraksi dengan
negara-negara lain dalam sistem internasional.Teori Perdamaian Demokratis adalah teori yang mengemukakan
bahwa hakikat demokrasi berarti bahwa negara-negara demokratis tidak akan
saling berperang. Justifikasi terhadap hal ini adalah bahwa negara-negara
demokrasi mengeksternalkan norma-norma mereka dan hanya berperang dengan
alasan-alasan yang benar, dan bahwa demokrasi mendorong kepercayaan dan penghargaan terhadap satu
sama lain. Sementara itu, komunisme menjustifikasikan suatu revolusi dunia,
yang juga akan menimbulkan koeksitensi (hidup berdampingan) secara damai,
berdasarkan masyarakat global yang proletar. asf
Revisionisme/Status quo
Negara-negara dapat
diklasifikasikan menurut apakah mereka menerima status quo,
atau merupakan revisionis,
yaitu menginginkan perubahan. Negara-negara revisionis berusaha untuk secara
mendasar mengubah berbagai aturan dan praktik dalam hubungan internasional,
merasa dirugikan oleh status quo (keadaan yang ada). Mereka melihat sistem
internasional sebagai untuk sebagian besar merupakan ciptaan barat yang
berfungsi mengukuhkan berbagai realitas yang ada.Jepang
adalah contoh negara yang beralih dari negara revisionis menjadi negara yang
puas dengan status quo, karena status quo tersebut kini menguntungkan baginya.
Agama
Sering dianggap bahwa
agama dapat memiliki pengaruh terhadap cara negara bertindak
dalam sistem internasional. Agama terlihat sebagai prinsip pengorganisasi
terutama bagi negara-negara Islam, sementara sekularisme terletak yang
ujung lainnya dari spektrum dengan pemisahan antara negara dan agama
bertanggung jawab atas tradisi Liberal.
Konsep level sub unit atau individu
Level di bawah level
unit (negara) dapat bermanfaat untuk menjelaskan pelbagai faktor dalam Hubungan
Internasional yang gagal dijelaskan oleh teori-teori yang lain, dan untuk
beranjak menjauhi pandangan yang berpusat pada negara (negara-sentris) dalam
hubungan internasional.
- Faktor-faktor psikologis dalam Hubungan Internasional - Pengevaluasian faktor-faktor psikologis dalam hubungan internasional berasal dari pemahaman bahwa negara bukan merupakan kotak hitam seperti yang dikemukakan oleh Realisme bahwa terdapat pengaruh-pengaruh lain terhadap keputusan-keputusan kebijakan luar negeri. Meneliti peran pelbagai kepribadian dalam proses pembuatan keputusan dapat memiliki suatu daya penjelas, seperti halnya peran mispersepsi di antara pelbagai aktor. Contoh yang menonjol dalam faktor-faktor level sub-unit dalam hubungan internasional adalah konsep pemikiran-kelompok (Groupthink), aplikasi lain yang menonjol adalah kecenderungan para pembuat kebijakan untuk berpikir berkaitan dengan pelbagai analogi-analogi.
- Politik birokrat – Mengamati peran birokrasi dalam pembuatan keputusan dan menganggap berbagai keputusan sebagai hasil pertarungan internal birokratis (bureaucratic in-fighting), dan dibentuk oleh berbagai kendala.
- Kelompok-kelompok keagamaan, etnis, dan yang menarik diri — Mengamati aspek-aspek ini dalam level sub-unit memiliki daya penjelas berkaitan dengan konflik-konflik etnis, perang-perang keagamaan, dan aktor-aktor lain yang tidak menganggap diri mereka cocok dengan batas-batas negara yang pasti. Hal ini terutama bermanfaat dalam konteks dunia negara-negara lemah pra-modern.
- Ilmu, Teknologi, dan Hubungan Internasional—Bagaimana ilmu hubungan internasional berdampak pada perkembangan teknologi, lingkungan, bisnis, dan kesehatan dunia.
Institusi-institusi dalam hubungan internasional
Institusi-institusi
internasional adalah bagian yang sangat penting dalam Hubungan Internasional
kontemporer. Banyak interaksi pada level sistem diatur oleh institusi-institusi
tersebut dan mereka melarang beberapa praktik dan institusi tradisional dalam
Hubungan Internasional, seperti penggunaan perang (kecuali dalam rangka
pembelaan diri).
Ketika umat manusia
memasuki tahap peradaban global, beberapa ilmuwan dan teoritisi politik melihat
hirarki institusi-institusi global yang menggantikan sistem negara-bangsa
berdaulat yang ada sebagai komunitas politik yang utama. Mereka berargumen
bahwa bangsa-bangsa adalah komunitas imajiner yang tidak dapat mengatasi
pelbagai tantangan modern seperti efek Dogville
(orang-orang asing dalam suatu komunitas homogen), status legal dan politik
dari pengungsi dan orang-orang yang tidak memiliki kewarganegaraan, dan
keharusan untuk menghadapi pelbagai masalah dunia seperti perubahan iklim dan
pandemik. Pakar masa depan Paul Raskin telah membuat hipotesis bahwa bentuk
politik Global yang baru dan lebih absah dapat didasarkan pada pluralisme yang
dibatasi (connstrained pluralism). Prinsip ini menuntun pembentukan
institusi-institusi berdasarkan tiga karakteristik: ireduksibilitas (irreducibility),
di mana beberapa isu harus diputuskan pada level global; subsidiaritas, yang
membatasi cakupan otoritas global pada isu-isu yang benar-benar bersifat global
sementara isu-isu pada skala yang lebih kecil diatur pada level-level yang
lebih rendah; dan heterogenitas, yang memungkinkan pelbagai bentuk institusi
lokal dan global yang berbeda sepanjang institusi-institusi tersebut memenuhi
kewajiban-kewajiban global.
PBB
Artikel utama untuk
bagian ini adalah: Perserikatan Bangsa-Bangsa
PBB
adalah organisasi internasional yang mendeskripsikan dirinya sendiri sebagai
“himpunan global pemerintah-pemerintah yang memfasilitasi kerjasama dalam hukum
internasional, keamanan internasional, perkembangan ekonomi, dan kesetaraan
sosial”. PBB merupakan institusi internasional yang paling terkemuka. Banyak
institusi legal memiliki struktur organisasi yang mirip dengan PBB.
Password rar : (contekan-ku)
DOWNLOAD MS.PowerPoint HUBUNGAN INTERNASIONAL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar